Sunday, April 13, 2008

Chineese Food

Beberapa hari yang lalu, setelah keluar dari kantor WA, yang berkisar di dekat monas, aku di ajak makan oleh beberapa teman-teman team ku.

"Indah, I think you should have try chineese food"
"Chineese food? I'm afraid I can't eat..," lalu aku lanjutkan "I can't eat pig or some sea food, I have an allergy for sea food."
"That might be a sheep" (maksud dia daging domba atau daging kambing yah??).
"Do you know a restaurant next to our office, the Little Fat Sheep?"
"No. I have never been there before"
"You should have come with us, because Zhao will treat us. And is that Ok with too hot spicy food for you?"
"Humm... I think I could eat hot spicy food"
"Well, you should have come with us. Don't need to be worry"

Memang ada restaurant untuk para pendatang dari negri Cina di samping kantor ku itu. Namun, aku tidak pernah menginjakkan kaki ku di sana, karena kabarnya disana belum ada logo "HALAL" nya.

Dengan cemas dan suuzon tinggi, aku menginjakkan kaki di restaurant itu. Dan dengan sedikit cerewet kepada para pelayan, aku bertanya apakah ini halal, dan bagaimana menu2 di restaurant itu satu-satu. Setelah mereka memberikan aku giliran untuk memilih menu, aku memilih mie dengan campuran daging sapi.

Salah satu menu yang tertulis di situ adalah baby kailan. Humm, wah... pikiran suuzonku makin tinggi. Aku awalnya mengira itu adalah daging babi. Tapi ternyata setelah search di google, baby kailan adalah sayur-sayuran yang disajikan dengan bakso. Coba kunjungi ini situs ini .

Tidak lama, makanan pun disajikan. Satu mangkuk besar kuah seperti soup disajikan. Didalamnya ada dua tempat. Dibelah seperti bentuk yin n yang. Satu untuk kuah yang pedas (spicy) dan yang satu lagi untuk kuah yang tidak pedas. Aku melihat heran ketika soup tersebut menggunakan begitu banyak bawang putih dan tidak diiris-iris. Bersama biji segede asam dan sereh membuatnya harum untuk mereka santap. Setelah itu, para pelayan di restaurant itu memberikan daging mentah yang masih merah,
"What is that?"
dan mereka bilang "a beef"
maksudnya daging sapi.
Dan aku berpikir, berarti aku bisa mencobanya.

Mereka mencelupkan daging mentah yang diiris tipis2 tadi ke dalam soup dan menunggunya selama beberapa menit lalu mengambilnya dengan sumpit dan memakannya dengan meletakkannya ke dalam mangkuk. Aku mencoba dengan hal yang sama, dimulai dengan bismillah dan berdoa,
"ya Allah, jika makanan ini memang tidak halal untukku, maka keluarkanlah ia jangan sampai masuk ke tubuhku."
Aku makan, dan kukunyah pelan-pelan .....
Aaaarrrrghh...... tidak cocok dengan lidahku ternyata. Barangkali aku tidak biasa makan daging setengah matang seperti ini.

Mie dengan irisan daging yang aku pesan tadi pun datang. Dan aku meminta maaf kepada mereka karena aku tidak dapat melanjutkan makanan tersebut, karena tidak cocok dengan lidahku. Aku memilih makan mie. Rasa mie tersebut juga hambar di lidahku...

Aarrgh....
Aku cukup icip-icip sedikit saja dan bilang dengan mereka bahwa aku sudah kenyang. Aku menghabiskan beberapa teguk teh cina saja yang dituang oleh si pelayan berkali-kali.

Setelah makan siang tersebut, aku cerita ke beberapa teman kantor yang notabene mereka adalah temen kuliahku. Ocha, teguh, reni, dan beberapa orang yang sering bercanda di kubikan belakang.

Aku masih lapar....

Malam setelah siang itu, aku mengajak si abang untuk makan di warung satrio kawasan kuningan. Ah, aku lebih memilih untuk makan nasi, dengan gurame bakar, chicken katsu, dan sayur kangkung. Lebih kenyang dan lebih 'nendang'.

Maybe, it is just a matter of tongue.

-----------------
little white daisy